Sahabat SM, para ulama salaf (terdahulu) begitu antusias dalam menjalankan serta menjaga shalat berjama’ah. Dan mereka akan bersedih ketika dirinya tertinggal shalat berjama’ah.
Dikisahkan oleh syaikh Asy-Sya’roni Asy-Syafii rahimahullah, dahulu orang-orang salaf menganggap bahwa meninggalkan shalat berjama’ah sebagai musibah.
Dikisahkan pula, dahulu ada seseorang yang sedang sibuk mengurus kebun kurmanya. Kemudian dia pulang ke rumahnya (karena waktu shalat telah tiba). Dan ternyata dia menjumpai orang-orang sudah melaksanakan shalat ashar berjama’ah. Berkatalah dia, “Saya tertinggal dari shalat berjama’ah. Saksikanlah sesungguhnya kebun kurmaku akan aku sedekahkan untuk orang-orang miskin.”
Ubaidillah bin Umar Al-Qowariri rahimahullah pernah tertinggal dari shalat berjama’ah karena sibuk menemui tamu. Waktu itu (ketika selesai menemui tamu), beliau keluar rumah untuk shalat berjama’ah di masjid. Ternyata di semua masjid sudah dilakukan shalat berjama’ah bahkan pintunya sudah ditutup. Akhirnya beliau pulang dan berkata, “Aku tahu ada hadis yang menyebutkan bahwa shalat berjama’ah pahalanya 27 derajat dibandingkan shalat sendiri.”
Akhirnya beliau shalat isya sendirian 27 kali. Kemudian beliau tidur dan ternyata bermimpi sedang menunggangi kuda dan di depannya ada rombongan kaum yang juga menunggangi kuda. Dalam perjalanannya beliau tidak bisa mendahului rombongan tersebut. Tiba-tiba salah seorang dari mereka menengok dan berkata, “Kudamu kelelahan, tidak bisa mengejar kami.” Beliau menjawab, “Tidak wahai saudaraku”. Orang tadi berkata lagi, “Karena kami shalat berjama’ah sedangkan kamu shalat sendirian”. Akhirnya beliau terbangun dari tidurnya dalam keadaan sangat bersedih. (Diringkas Dari Kitab I’anatuth)
Kiriman dari Ust. Abul Fata Miftah, Lc